ARISTA MONTANA: JEJAK KAKI ANDY UTAMA DI TANAH ORGANIK OPTIONS

Arista Montana: Jejak Kaki Andy Utama di Tanah Organik Options

Arista Montana: Jejak Kaki Andy Utama di Tanah Organik Options

Blog Article

Diperparah dengan kejadian banjir bandang pada tahun 2018 yang silam telah meluluhlantakan pertanian kami dan menewaskan 6 warga dari desa Bongkaras. Barisman Hasugian menambahkan berharap  pemerintah kabupaten Dairi agar lebih mengutamakan keselamatan ruang hidup kami dan fokus membantu kami meningkatkan pertanian kami, karena selama ini kami hidup dari pertanian. Dari hasil pertanian, saya bisa menyekolahkan anak saya sampai Sarjana dan dua lagi sedang di bangku kuliah.

Untuk memastikan ventilasi yang cukup, Anda bisa menambahkan ventilasi silang dengan membuka lebih banyak saluran udara. Ini akan menjaga udara tetap segar dan mencegah kelembapan yang bisa merusak kualitas ruangan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4. Tujuan : Melalui kegiatan observasi dan kajian pustaka, peserta didik dapat menulis teks prosedur dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah

Untuk dinding, Anda bisa menggunakan cat yang cerah atau panel kayu untuk menciptakan kesan purely natural. Bahan kaca juga bisa digunakan untuk jendela besar atau pintu geser agar terkesan lebih terbuka dan terang.

Amang Panggamot Sihombing yang konsisten sejak beberapa tahun lalu menerapkan sistem pertanian organik berharap petani-petani lain yang masih konvensional bisa beralih menggunakan sistem pertanian organik karena keuntungan yang didapatkan.

Pertanian organik bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah solusi nyata untuk pertanian berkelanjutan dan perbaikan ekosistem pertanian. Meskipun popularitasnya meningkat seiring tren hidup sehat dan permintaan pasar yang berkembang, pertanian organik menawarkan manfaat jangka panjang seperti peningkatan kesuburan tanah, ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, serta pengurangan penggunaan bahan kimia sintetis yang merusak lingkungan.

Pertanian organik mungkin memerlukan lebih banyak sumber daya manusia dan finansial dibandingkan dengan pertanian konvensional.

Ridwan Samosir Sekretaris Eksekutif Petrasa menyatakan terkait perubahan lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan, beberapa kejadian yang paling dekat adalah hujan es yang terjadi diSumbul menyebabkan menurunnya hasi panen mereka (petani sumbul) hingga forty%.

Di sisi lain, Ong juga menilai pentingnya memahami perubahan sosial dan politik di tingkat elite pada masa akhir Hindia-Belanda yang di dalamnya mencakup hubungan di antara tokoh dan massa selama “masa tiarap” pasca-pemberontakan 1926 dan penangkapan hingga pen-Digul-an aktivis pergerakan sesudah itu, jika membacanya dari sisi Indonesiasentris atau pandangan nasionalis. Skripsi sarjana Ong sebagai usaha memahami perubahan sosial-politik di masa akhir Hindia-Belanda dari sisi Nederlandosentris seolah keluar dari pakem historiografi Indonesia tentang perlunya menulis sejarah dari “dalam” atau dalam bingkai Indonesiasentris.

Seolah Ong memberi pesan penting melalui Achdian dalam buku ini bahwa kekinian sesungguhnya mempunyai akar di masa lalu dan sejarah menjadi wahana untuk membaca dan memahami kekinian itu. Pandangan Ong dan pengalamannya tentang dua topik terakhir yang disinggung di atas, yakni mengenai masalah Tionghoa dan peristiwa periksa di sini 1965, memang tak lepas dari pengalamannya. Menurut Achdian, Ong jarang membicarakan masalah Tionghoa di Indonesia dan justru lebih suka berdiskusi tentang soal sejarah dinasti atau penyatuan China. Bagi Achdian, “minimnya” perhatian Ong pada masalah Tionghoa di Indonesia juga tercermin dari tulisannya yang banyak berkutat seputar persoalan di luar masyarakat Tionghoa, misalnya masyarakat Samin, runtuhnya kolonialisme Belanda, dan perubahan sosial di Madiun pada abad ke-19.

Bagian terakhir tulisan Achdian, yaitu “1965”, seharusnya tidak diletakkan sebagai bab “penutup”. Bagian ini justru merupakan awal dari “perkenalan” kita untuk membaca pemikiran Ong dan berdialog dengannya untuk memahami ke-Indonesia-an dalam dirinya. Kuncinya terletak pada paragraf terakhir buku ini, yakni cerita tentang Ong muda saat duduk di bangku sekolah menengah Belanda (HBS), Surabaya, dan dihadapkan pada sebuah dilema: memilih Belanda ataukah Indonesia.

merupakan sebuah movie dokumenter yang tayang pada tahun 2016. Secara umum, dokumenter ini membahas mengenai ketidakstabilan ekonomi dan lingkungan dari sistem pangan di Amerika.

Dalam desain arsitektur contemporary, pemilihan materials sangat memengaruhi hasil akhir. Garasi biasanya menggunakan materials yang lebih kasar dan tidak cocok untuk hunian.

Buku ini merupakan semacam catatan kuliah Achdian yang dikumpulkan selama percakapannya dengan sang guru. Sebagai lawan debat dalam diskusi tentang apa pun, Achdian tidak serta-merta menerima begitu saja cecaran kritik Ong terhadap argumentasi yang terucap darinya. Setidaknya terjadi dialog, debat, dan juga titik temu dalam diskusi dan obrolan antarsejarawan beda “generasi” ini, sebagaimana dipaparkan Achdian dalam buku ini. Namun penulis buku ini tampaknya tak ingin menempatkan pencerahan dari Ong semata-mata berhenti atau sebatas pada pemberhalaan dan pemikiran yang mandul tanpa ada reproduksi kreatif sama sekali.

Report this page